Strategi Penjualan Terbaru dari China: Auto Closing di Era AI!

Di tengah kemajuan teknologi yang pesat, profesi sales seringkali dipertanyakan. Apakah sales akan digantikan oleh AI? Bagaimana kita bisa tetap relevan dan bahkan “auto closing” di era digital ini? Mari kita selami ilmu penjualan terbaru, termasuk pelajaran berharga dari Tiongkok.

AI: Ancaman atau Peluang untuk Tenaga Penjualan?

Tidak bisa dimungkiri, AI akan mengambil alih pekerjaan yang bersifat rutin. Dalam dunia penjualan, ini termasuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dasar pelanggan yang sering berulang. James Gwee, seorang pakar penjualan, mencontohkan pertanyaan seputar usia peserta pelatihan, apakah cocok untuk introvert, atau detail praktik dan diskon – semua ini bisa diprogram ke AI untuk dijawab secara konsisten dan akurat. Bahkan, AI bisa memberikan jawaban terbaik tanpa terpengaruh mood seperti manusia.

Data menunjukkan bahwa 41% pekerjaan diproyeksikan akan digantikan oleh AI dalam lima tahun mendatang. Namun, daripada panik, fokuslah pada 59% pekerjaan yang tidak akan digantikan. Inilah peluang kita!

AI sebagai Senjata Rahasia Sales Masa Kini

AI, khususnya chatbot seperti ChatGPT, bukanlah musuh, melainkan tools yang bisa sangat membantu tenaga penjualan. Bayangkan, Anda bisa menggunakan ChatGPT untuk:

  • Meningkatkan strategi follow-up Anda
  • Menganalisis pertanyaan, permintaan, dan keberatan umum dari pelanggan.
  • Mendapatkan respons terbaik, misalnya saat pelanggan bilang “mahal”.
  • Menyusun sales script yang memukau.

Kunci untuk memanfaatkan AI adalah “prompting skill”. Semakin tepat pertanyaan yang Anda ajukan ke AI, semakin brilian jawaban yang Anda dapatkan.

Strategi Penjualan Modern: Psikologi di Balik Closing

  1. WA sebagai Teaser, Bukan Ensiklopedia: Menjual via WA itu sulit karena tidak ada unsur “sungkan” seperti interaksi langsung. Jangan langsung memberikan semua informasi detail. Gunakan WA sebagai “teaser” untuk membangkitkan rasa penasaran dan mendorong janji temu. Memberikan informasi lengkap di awal justru seringkali membuat pelanggan ghosting karena merasa tidak lagi membutuhkan Anda.
  2. Mengundang, Bukan Memaksa: Penjualan yang efektif adalah dengan “mengundang” (inviting), bukan “memaksa” (pushing). Pancing pelanggan untuk masuk lebih dalam ke kebutuhan mereka. Ajukan pertanyaan yang membuat mereka memikirkan manfaat dan komitmen, seperti “Kalau lu serius untuk berubah, lu siap enggak komit 3 hari seminggu?”
  3. Bukan Pusat Informasi: Ingat, Anda adalah sales, bukan pusat informasi. Jika Anda hanya memberikan informasi lengkap, pelanggan akan pergi setelah mendapatkannya.
  4. Filtering Prospek: Gunakan setiap pertanyaan sebagai filter. Tanyakan “Lu serius enggak?” atau “Siap enggak?” untuk menyaring prospek yang benar-benar berminat.
  5. Marketing Jujur (Raw Unfiltered Marketing): Terkadang, jujur dan menunjukkan “mentah”-nya proses bisa membangun rasa penasaran dan kepercayaan. Misalnya, mengakui bahwa seseorang datang karena sungkan atau ingin melihat-lihat, lalu menetralkan mindset tersebut dengan penawaran yang menarik.
  6. Jual Prestige, Bukan Bahan Baku: Untuk produk premium, fokuslah pada nilai dan prestige yang ditawarkan, bukan hanya harga pokok produksi (HPP). Pelanggan di segmen ini membeli merek dan status.

Kepemimpinan dan Pembelajaran dari China

  • Adaptasi adalah Kunci: Baik tenaga penjualan maupun pemilik bisnis harus adaptif. Mindset bos yang konvensional bisa menghambat kemajuan tim sales.
  • Fokus pada Peluang: Seorang pemimpin sejati selalu melihat peluang di balik setiap ancaman. Seperti Presiden Tiongkok yang menyebut negaranya “samudra” yang terbiasa dengan badai, dan krisis dengan AS justru membuka peluang di pasar lain.
  • Tanggung Jawab Atasan: Dalam budaya manajemen Tiongkok, atasan bertanggung jawab penuh atas keberhasilan bawahan. Jika bawahan tidak berprestasi, itu karena atasan gagal mengembangkannya.
  • Filosofi Bisnis “Hulu ke Hilir”: Pelajaran dari perusahaan seperti BYD di China menunjukkan kekuatan menguasai seluruh rantai bisnis dari hulu ke hilir (misalnya, pertambangan bahan baku) untuk meminimalkan ketergantungan eksternal dan mencapai ketangguhan.
  • Rekrutmen Berbasis Visi: Perusahaan seperti Alibaba merekrut karyawan dengan cita-cita tinggi, bukan hanya demi uang. Mereka percaya bahwa orang yang punya cita-cita kecil akan cepat puas dan sulit didorong untuk berprestasi lebih tinggi.
  • Pengambilan Keputusan Berbasis Data: Alibaba mengambil keputusan berdasarkan data, bukan hanya perasaan atau subjektivitas.

Di era ini, kita perlu terus belajar dan beradaptasi. Manfaatkan AI sebagai alat, ubah strategi penjualan menjadi lebih psikologis dan mengundang, dan terinspirasi dari ketangguhan serta visi bisnis dari negara-negara maju seperti Tiongkok. Ini bukan hanya tentang bertahan, tetapi tentang menemukan peluang besar di tengah tantangan!

@erwinsnada | 0818 750 500

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *