IF YOU WANT TO BE SUCCESSFUL IN LIFE, MASTER THIS ONE SKILL !

💡 “Bisnis bukan tentang menang—tapi tentang bertahan dan berkembang untuk selamanya.” – Simon Sinek

Simon Sinek dikenal luas sebagai pemikir visioner dalam bidang kepemimpinan dan organisasi. Gagasan-gagasannya kerap menggugah, meruntuhkan keyakinan lama, dan membangun perspektif baru yang lebih manusiawi dan berkelanjutan. Dalam pembicaraan panjang ini, Simon menjelaskan bagaimana pendekatan bisnis yang salah kaprah—terlalu fokus pada kemenangan jangka pendek—telah menciptakan dunia kerja yang dingin, tidak stabil, dan kurang bermakna.


1. Apa Itu “Infinite Game” dan Kenapa Ini Relevan?

📌 Penjelasan Singkat:

  • Permainan terbatas (finite game): Ada aturan tetap, pemain dikenal, tujuan akhir jelas—misalnya sepak bola.
  • Permainan tak berhingga (infinite game): Pemain bisa berubah-ubah, aturan bisa bergeser, tujuannya bukan untuk menang, tapi untuk terus bermain—misalnya dalam pernikahan, politik global, atau bisnis.

💬 “Bisnis adalah permainan tak berhingga. Tapi banyak pemimpin memainkannya dengan pola pikir terbatas—ingin menang, jadi nomor satu, mengalahkan kompetitor. Itu kesalahan.”

Akibat pola pikir terbatas:

  • Menurunnya kepercayaan antar tim
  • Menurunnya inovasi
  • Rendahnya kerja sama jangka panjang
  • Akhirnya, kematian organisasi itu sendiri

2. Kenapa Fokus ke Pendapatan Bisa Menjadi Kesalahan?

Simon tidak bilang bahwa uang tidak penting. Tapi ia menekankan bahwa pendapatan (resources) bukan satu-satunya bahan bakar bisnis. Ada bahan bakar lain yang jauh lebih menentukan: keinginan dan semangat orang-orangnya (will).

Dua “mata uang” utama dalam infinite game:

  • Resources (sumber daya): Uang, infrastruktur, teknologi
  • Will (kemauan): Semangat, komitmen, kepercayaan dari tim

💬 “Kalau kamu meletakkan uang di atas manusia, kamu tidak akan mendapatkan keduanya. Tapi kalau kamu memprioritaskan orang-orangmu, uang akan mengikuti.”

3. Lima Elemen Kunci dalam Memainkan The Infinite Game

Simon merumuskan lima praktik utama untuk memainkan permainan tak berhingga dengan benar dalam organisasi. Setiap elemen punya peran penting membentuk fondasi perusahaan yang bertahan lama dan relevan.

A. Just Cause – Tujuan Besar yang Layak Diperjuangkan

  • Ini adalah visi jangka panjang yang tidak bisa dicapai dalam waktu singkat.
  • Harus cukup bermakna hingga orang-orang rela berkorban demi mencapainya.
  • Berbeda dengan why (yang berasal dari masa lalu), just cause mengarah ke masa depan.

💬 “Tidak semua orang harus punya visi. Tapi semua orang bisa memilih untuk bekerja bersama orang yang punya visi besar.”

B. Trusting Teams – Membangun Tim yang Saling Percaya

  • Budaya organisasi harus menciptakan ruang aman psikologis.
  • Orang harus bisa berkata: “Saya salah,” “Saya butuh bantuan,” atau “Saya sedang kesulitan,” tanpa takut dihukum.

📌 Jika tidak ada kepercayaan, yang terjadi:

  • Karyawan menyembunyikan kesalahan
  • Takut mengakui kelemahan
  • Tidak ada inovasi karena semua orang berpura-pura tahu

C. Worthy Rival – Kompetitor yang Menantang Kita Menjadi Lebih Baik

  • Daripada berusaha “mengalahkan” kompetitor, lebih baik melihat mereka sebagai pesaing bermakna.
  • Mereka menunjukkan kelemahan kita—dan itu membuka peluang untuk berkembang.

💬 “Orang yang paling membuatmu insecure mungkin justru adalah cerminan kekuranganmu sendiri.”

D. Existential Flexibility – Keberanian Mengubah Arah

  • Ini bukan soal ganti strategi harian, tapi perubahan besar demi tujuan lebih besar.
  • Contoh: Steve Jobs membuang seluruh rencana sebelumnya setelah melihat GUI di Xerox, lalu melahirkan Macintosh.

📌 Syarat untuk bisa melakukan ini:

  • Memiliki just cause yang jelas
  • Memiliki tim yang percaya dan siap melewati badai bersama

E. Courage to Lead – Keberanian untuk Melawan Arus

  • Membutuhkan mental tahan banting untuk melawan tekanan jangka pendek.
  • Butuh dukungan sosial dari orang-orang sekitar: “Saya mendukungmu, terus lanjutkan.”

💬 “Keberanian tidak muncul dari dalam diri sendiri. Keberanian datang dari hubungan yang kita bangun—orang-orang yang mendukung kita.”

4. Masalah Budaya Bisnis Modern: Terlalu Finite, Terlalu Semu

Simon menyoroti pengaruh negatif dari dominasi ide Milton Friedman yang menyatakan bahwa “tugas utama perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan bagi pemegang saham.” Konsep ini:

  • Mengabaikan etika dan dampak sosial
  • Melahirkan sistem shareholder supremacy
  • Menginspirasi gelombang PHK massal demi memenuhi target tahunan

💬 “Mencoba membangun tim besar hanya dengan mengikuti kehendak investor sama seperti pelatih olahraga yang hanya mengikuti keinginan penonton, bukan kebutuhan pemain.”

5. Bisakah Kita Mengubah Budaya Perusahaan dari Dalam?

Jawaban Simon: Ya, tapi mulai dari yang bisa kamu kontrol.

Apa yang bisa kamu lakukan:

  • Ambil tanggung jawab untuk orang di sekitarmu: kiri dan kanan
  • Bangun tim yang saling percaya
  • Jadilah pemimpin di mana pun posisimu—karena kepemimpinan bukan soal jabatan, tapi soal tanggung jawab terhadap sesama

💬 “Ketika kamu jadi tim yang dicintai, semua orang ingin bergabung dengan timmu. Dan satu demi satu, perubahan pun menyebar.”

Kesimpulan: Jalan Menuju Bisnis yang Bertahan Selamanya

📌 Kunci Sukses dengan Mindset Infinite Game:

  • Miliki tujuan jangka panjang yang layak diperjuangkan (just cause)
  • Bangun budaya saling percaya
  • Lihat kompetitor sebagai pengingat kelemahan, bukan musuh
  • Siap berubah secara radikal ketika diperlukan
  • Bangun keberanian melalui dukungan hubungan sosial

Simon menutup dengan pesan kuat: “Kalau kamu ingin ikut dalam gerakan ini, jadilah pemimpin yang kamu sendiri ingin ikuti. Belajarlah. Latih. Praktekkan.”

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *