Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern yang penuh stres dan pola hidup tidak sehat, siapa sangka bahwa membaca dan menghafal Al-Qur’an bisa menjadi “resep ajaib” untuk menjaga otak tetap tajam? Hal ini dibahas secara mendalam dalam sebuah podcast spesial dari The Sungkar Family and Friends, di mana dr. Hadil Busudin, Sp.N, MHA—orang yang akrab disapa Opa Dokter—berbagi pengalaman dan pengetahuan medisnya. Berusia 75 tahun, Opa Dokter masih energik, aktif di Instagram (@opa_dokter), dan memiliki tujuh cucu. Ia ditemani menantunya, Dr. Bobi, seorang spesialis jantung yang juga aktif berbagi edukasi kesehatan. Podcast ini bukan hanya bicara soal iman, tapi juga bukti ilmiah bagaimana Al-Qur’an berkorelasi dengan kesehatan saraf dan otak. Mari kita bahas secara detail, menarik, dan mudah dipahami!
Siapa Opa Dokter dan Mengapa Beliau Masih “Kencang” di Usia 75 Tahun?
Opa Dokter adalah seorang neurologis (spesialis saraf) yang pernah menjabat sebagai direktur Rumah Sakit Stroke Nasional di Bukittinggi. Di usia senja, ia tetap aktif: jalan kaki setiap hari, berenang 2-3 kali seminggu, dan membuat konten edukatif di media sosial. Resep sehatnya sederhana tapi konsisten, dimulai sejak muda:
- Olahraga Sehat: Bukan yang intensitas tinggi seperti lari maraton, tapi ringan seperti jalan kaki atau berenang. Opa menekankan “olahraga kesehatan” yang menjaga detak jantung di zona aman (seperti zona 2 yang disebut Dr. Bobi). Ini membantu menjaga berat badan ideal dan mencegah gangguan saraf seperti sakit lutut atau persendian pada orang obesitas.
- Pola Makan Sehat: Ikuti sunnah Nabi—berhenti makan sebelum kenyang. Pilih makanan seimbang: nasi secukupnya, banyak sayur dan buah. Hindari makan berlebih yang bisa memicu kolesterol tinggi atau asam urat, penyebab pegal-pegal dan sakit otot di usia 35-40 tahun.
- Istirahat dan Aktivitas Positif: Opa menjaga waktu tidur dan menyibukkan diri dengan hal-hal bermanfaat, seperti mempelajari Al-Qur’an. Dr. Bobi menambahkan, Opa adalah contoh ideal pasien lansia: aktif, disiplin, dan selalu positif.
Hasilnya? Di usia 75, Opa tetap cerdas, tidak pikun, dan energik. Ia bilang, “Gaya hidup sehat ini terasa banget di usia sekarang. Alhamdulillah.”
Korelasi Al-Qur’an dengan Kesehatan Otak: Bukan Hanya Pahala, Tapi Ilmiah!
Poin paling menarik dari podcast ini adalah bagaimana Al-Qur’an bukan hanya obat hati, tapi juga “exercise” untuk otak. Opa Dokter menjelaskan dari sisi medis:
- Menghafal Al-Qur’an Mencerdaskan Otak: Saat menghafal, otak dirangsang untuk menumbuhkan sel-sel saraf baru dan protein di ujung saraf. Pada anak-anak (seperti di pesantren tahfidz), ini meningkatkan kecerdasan. Pada lansia, ini mengurangi risiko pikun. “Ahli Al-Qur’an jarang pikun karena otak mereka terus terlatih,” kata Opa.
- Melatih Otak Kiri dan Kanan: Otak kiri bertanggung jawab atas analisis dan bahasa. Saat mentadabburi (memahami) Al-Qur’an—seperti menganalisis gramatika Arab (fi’il madi, mudhari, isim)—otak kiri terasah. Sementara otak kanan mengurus irama dan intonasi, seperti membaca dengan tajwid yang indah (naik-turun nada, panjang pendek harakat). Hasilnya? Sinkronisasi otak kiri-kanan, membuat otak lebih sehat dan kuat.
Dr. Bobi menambahkan bukti ilmiah: Studi menunjukkan anak penghafal Al-Qur’an punya prestasi lebih tinggi dibanding yang tidak. “Belajar hal baru apa pun melatih otak, tapi Al-Qur’an punya dampak unik—fungsi otak lebih baik secara keseluruhan.” Bahkan, non-muslim pun mengakui manfaat belajar rutin, meski Al-Qur’an punya nilai spiritual ekstra.
Bisa diganti dengan buku lain? Ya, tapi Al-Qur’an punya keunggulan: Kombinasi hafalan, analisis, dan irama, plus hikmah (sejarah, hukum, filsafat) yang menenangkan batin. Opa praktekkan ini setiap hari: Bahas minimal satu ayat, terjemahkan gramatikal, dan rasakan ketenangan. “Ini exercise otak, seperti gym untuk otot!”
Al-Qur’an juga disebut “syifa” (obat) dalam ayat-ayatnya, yang mendorong berpikir jernih (seperti “afala yatadabbarun” atau “apakah kamu tidak berpikir?”). Ini langsung terkait saraf: Berpikir menggunakan otak, yang berarti melatih saraf.
Apa Itu Saraf dan Gangguannya? Penjelasan Sederhana
Saraf adalah “kabel” di tubuh kita, jumlahnya miliaran, dari otak hingga ujung kaki. Pusatnya di otak, mengontrol segala aktivitas: gerak, rasa, bicara. Gangguan saraf bisa fatal, seperti:
- Stroke: Nomor satu penyebabnya hipertensi (tekanan darah tinggi). Ada stroke sumbatan (pembuluh tersumbat) dan perdarahan (pembuluh pecah). Bisa lumpuh, bicara pelo, atau meninggal mendadak.
- Kesemutan atau Kebas: Gangguan saraf tepi, sering karena jepitan saraf (seperti HNP di pinggang).
- Siatika: Sakit dari pinggang menjalar ke kaki, bikin susah bergerak.
- Sakit Lutut/Persendian: Pada lansia obesitas, beban berat rusak tulang rawan.
Faktor risiko mirip penyakit jantung: Hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi, malas gerak. Dr. Bobi bilang, “Kontrol ini, dapat dua untung: Jaga jantung dan saraf.”
Mitos mandi dari kepala sebabkan stroke? Opa dan Dr. Bobi bilang kurang tepat. Belum ada bukti ilmiah. Yang benar, hipertensi-lah pemicunya, bukan air di kepala. Mandi besar dalam Islam juga mulai dari kepala, kan?
Pencegahan: Check-Up Rutin dan Manajemen Stres
Untuk jaga saraf tetap sehat:
- Medical Check-Up: Mulai usia 30, minimal 6 bulan sekali. Cek tekanan darah, gula darah, kolesterol (profil lipid). Tambah EKG untuk jantung, treadmill test untuk risiko serangan jantung. Ada paket standar murah di Puskesmas atau rumah sakit—gratis dari pemerintah via Puskesmas!
- Manajemen Stres: Stres picu hormon kortisol dan adrenalin, naikkan tekanan darah, rusak pembuluh. Solusi? Perkuat spiritual: Shalat, puasa, kajian Al-Qur’an. Opa lakukan kajian subuh via komputer, bahas gramatika ayat—bikin wajah cerah dan hati tenang. “Keluar masjid lebih tenang daripada keluar mall!”
Mulai dari muda: Makan sehat, olahraga rutin, jaga berat badan. Opa: “Hidup punya visi-misi. Visiku sekarang husnul khatimah—akhir baik. Misi: Pahami Al-Qur’an setiap hari.”
Kisah Pribadi: Kolaborasi Opa dan Dr. Bobi
Dr. Bobi cerita lucu: Saat lamar putri Opa tahun 2009, deg-degan karena Opa direktur RS ternama. Tapi Opa langsung tanya, “Kapan nikah?” Kini, mereka kolaborasi di medsos, saling ingatkan kesehatan. Opa mulai bikin konten karena respons positif—masyarakat butuh edukasi, bukan provokasi. “Ini ibadah, salurkan ilmu bermanfaat.”
Kesimpulan: Hidup Bahagia, Sehat, dan Dekat dengan Allah
Podcast ini mengingatkan: Kesehatan fisik dan spiritual saling terkait. Al-Qur’an bukan hanya kitab suci, tapi alat latih otak yang ilmiah. Jaga saraf dengan pola hidup sehat, check-up rutin, dan kelola stres via iman. Pesan Opa: “Berbuat baik, punya visi-misi, persiapkan akhir baik.” Dr. Bobi: “Dengar nasihat orang tua—mereka sudah lewati apa yang kita belum.”
Yuk, mulai hari ini: Baca Al-Qur’an, olahraga ringan, cek kesehatan. Siapa tahu, di usia 75 nanti, kita seperti Opa—sehat, cerdas, dan tenang. Masyaallah!

Leave a Reply