Author: admin

  • HOW TO START A ONE-PERSON BUSINESS WITH AI

    HOW TO START A ONE-PERSON BUSINESS WITH AI

    💬 “AI tidak akan membuatmu kaya dengan sendirinya. Tapi ia bisa mempercepat jalanmu—kalau kamu tahu apa yang sedang kamu bangun.”

    1. Realita Pahit: Tidak Ada Jalan Pintas untuk Menghasilkan Uang

    Banyak orang mencari cara instan untuk menghasilkan uang. Tapi seperti yang ditegaskan dalam video ini:

    “Tidak akan pernah ada waktu di mana kamu cukup duduk dan menyuruh robot menghasilkan uang untukmu tanpa kamu perlu berubah.”

    📌 Kamu tetap butuh:

    • Produk/jasa yang bernilai
    • Landing page yang bisa mengkonversi
    • Promosi yang efektif
    • Konten yang relevan
    • Copywriting yang persuasif
    • Pemahaman tentang audiens (customer avatar)

    AI hanya mempercepat proses, bukan menggantikannya.

    2. Apa yang AI Bisa Lakukan?

    AI tidak menghilangkan kebutuhan untuk belajar marketing, copywriting, dan riset. Tapi AI bisa:

    • ✅ Mempercepat penulisan konten
    • ✅ Membantu menyusun strategi personal branding
    • ✅ Menciptakan customer avatar dan penawaran produk yang kuat
    • ✅ Menghasilkan copy landing page yang layak pakai
    • ✅ Menciptakan ide konten dan struktur pemasaran

    Namun, semua itu hanya efektif jika kamu tahu apa yang kamu lakukan. AI bukan jalan pintas untuk menghindari kerja keras—AI adalah alat untuk mempercepat proses kerja keras itu.


    3. Strategi Realistis Menuju $1 Juta Setahun

    Mari kita breakdown bagaimana caranya secara matematis:

    💰 $1 juta per tahun =

    • $83.333 per bulan
    • ≈ $2.777 per hari

    Cara mencapainya bisa dengan:

    • Menjual 18 produk senilai $150 per hari
    • Mendapatkan 1 klien senilai $5.000 setiap 2 hari
    • Menjual 111 langganan senilai $25 per hari
    • Kombinasi dari model di atas

    📌 Catatan: kamu tidak harus mengincar $1 juta. Bahkan $50.000–$100.000 setahun dari bisnis digital bisa sangat mengubah hidup.

    4. Kamu Butuh Trafik: Inilah Cara Mendapatkannya

    Jika produkmu seharga $150 dan conversion rate-nya 2.5%, maka kamu butuh 720 pengunjung per hari ke landing page-mu.

    Sumber trafik potensial:

    • YouTube (10–50 ribu views per video)
    • Instagram, Twitter, LinkedIn (500 ribu – 1 juta impresi/bulan)
    • SEO, iklan, atau word of mouth

    📌 Sosial media adalah jalan terbaik karena gratis dan bisa langsung dimulai.

    5. Bagaimana AI Bisa Membantumu Langsung? Studi Kasus Cortex

    Cortex adalah platform AI all-in-one yang dirancang untuk:

    • Menyusun strategi personal branding
    • Menghasilkan avatar pelanggan yang detail
    • Membuat penawaran irresistible
    • Menulis landing page siap pakai
    • Menghasilkan ide dan naskah konten

    💼 Langkah-langkahnya:

    1. Personal Brand Strategy Generator
      • Jawab serangkaian pertanyaan.
      • AI menyusun blueprint personal brand, niche, bio, monetisasi, dll.
    2. Customer Avatar Generator
      • AI mengumpulkan data demografis, psikografis, kebiasaan konsumsi media, dll.
      • Output-nya sangat mendalam dan realistis.
    3. Irresistible Offer Builder
      • AI membantumu menyusun penawaran yang benar-benar menarik.
      • Termasuk positioning, hasil yang dijanjikan, mekanisme unik, dan copywriting awal.
    4. Landing Page Copy Generator
      • AI menulis seluruh landing page-mu.
      • Termasuk headline, subheadline, lead yang emosional, benefit, testimonial placeholder, call to action.
    5. Konten untuk Promosi
      • AI bisa menulis tweet, carousel, skrip YouTube, artikel, atau newsletter.
      • Bahkan bisa mengambil skrip YouTube orang lain dan menulis ulang dengan suaramu sendiri (tanpa menjiplak kontennya).

    6. Tips Bonus: Fokus Pada Apa yang Kamu Suka

    Dalam video, sang kreator menyatakan:

    “Saya suka menulis buku dan newsletter, tapi saya tidak suka marketing. Maka saya serahkan marketing ke AI.”

    Ini penting. Gunakan AI untuk:

    • Mengurus hal-hal yang tidak kamu sukai atau tidak punya waktu untuknya
    • Membantu kamu fokus di zona genius—hal yang kamu cintai dan kuasai

    7. Prompt-Prompt Penting yang Bisa Kamu Kembangkan

    Jika kamu ingin membangun sistem serupa, berikut jenis prompt yang bisa kamu buat:

    • Strategi Personal Brand “Bantu saya menyusun strategi personal branding berdasarkan skill X, target audiens Y.”
    • Customer Avatar “Buat profil lengkap audiens saya: demografi, psikografi, tantangan, aspirasi.”
    • Penawaran Produk “Bantu saya buat penawaran menarik untuk ebook tentang filosofi dan AI.”
    • Landing Page “Buatkan copy lengkap untuk landing page produk X dengan tone saya.”
    • Konten Sosial Media “Buatkan 15 ide postingan berdasarkan isi newsletter ini.”

    8. Penutup: Kunci Sukses Bukan pada AI, Tapi pada Konsistensimu

    “AI bisa menulis untukmu. AI bisa membuat strategi untukmu. Tapi AI tidak bisa mengerjakan tugas-tugas itu secara konsisten tanpa kamu.”

    📌 Apa langkah selanjutnya?

    • Tentukan skill atau pengetahuan yang ingin kamu monetisasi.
    • Gunakan AI untuk membuat sistem seputar skill itu.
    • Ciptakan produk atau jasa sederhana.
    • Buat landing page.
    • Buat konten untuk mendatangkan trafik.
    • Terus ulang dan tingkatkan.

    🧠 Kesimpulan Akhir: Bangun Sekali, Jual Berkali-kali

    “Build once, sell twice” adalah filosofi utama dari semua ini. Gunakan AI untuk membuat aset digital yang bisa dipakai ulang: copywriting, struktur konten, ide, dan penawaran.

  • LEARN THIS NEW SKILL OR GET LEFT BEHIND

    LEARN THIS NEW SKILL OR GET LEFT BEHIND

    💡 “AI bukan sekadar alat. Ia adalah akselerator skill dan katalis produktivitas.”


    1. Mengapa AI Adalah Meta-Skill Terpenting Hari Ini

    AI bukan sekadar keterampilan biasa seperti desain web, media sosial, atau copywriting. AI adalah meta-skill—yakni keterampilan yang memperkuat semua keterampilan lainnya.

    📌 Apa itu meta-skill?

    • Meta-skill adalah keterampilan mendasar yang meningkatkan efektivitas semua keterampilan lain.
    • Contoh lain: menulis, berpikir sistemik, psikologi, pemahaman manusia.

    💬 “AI akan berubah, tapi skill lain akan berubah lebih cepat. Dengan AI, kamu bisa beradaptasi lebih baik terhadap perubahan itu.”

    2. Salah Kaprah Tentang AI yang Sering Dipercaya

    Meskipun AI berkembang pesat, banyak orang masih salah memahami bagaimana seharusnya AI digunakan.

    • “AI akan menghancurkan kreativitas.” ❌ Salah. AI menghancurkan pekerjaan yang mekanis, bukan pekerjaan kreatif.
    • “AI bikin orang makin bodoh.” ❌ Iya, kalau digunakan untuk shortcut tanpa belajar.
    • “Cukup ketik prompt satu kalimat, dan hasilnya menakjubkan.” ❌ Tidak. AI adalah skill, bukan sulap. Harus dipelajari seperti Photoshop, desain, atau programming.

    3. Cara Kerja AI (Penjelasan Singkat Tapi Esensial)

    Agar kamu tidak hanya bisa menggunakan AI, tapi juga memahami apa yang terjadi di balik layar, berikut gambaran dasarnya:

    🔁 Model AI: LLM (Large Language Models)

    • AI seperti ChatGPT, Claude, atau Gemini adalah LLM.
    • Mereka memproses teks dalam bentuk token, bukan kata utuh. Contoh: “chatting” mungkin dipecah jadi “chat” dan “ting”.
    • Setiap percakapan AI menggunakan context window (jendela memori sementara).
      • Jika kamu terus bicara dalam satu sesi, AI akan ingat konteksnya.
      • Jika terlalu panjang, AI bisa melupakan informasi awal.

    🧠 Jenis Model AI

    • Basic Models: ChatGPT 3.5/4, Claude Sonnet, Gemini—cocok untuk tugas umum.
    • Thinking Models: ChatGPT 4.5, Claude 3.7 Thinking Mode—lebih mahal, lebih pintar, untuk pemecahan masalah kompleks.

    🔌 Tools Pendukung

    • Perplexity: Google versi AI. Pencarian cepat dengan referensi sumber.
    • Deep Research: Penelitian mendalam otomatis dengan sumber lengkap.
    • Rappers: Aplikasi yang membungkus LLM untuk tugas tertentu (contoh: Cursor untuk coding, Cortex untuk catatan dan ide).

    4. Berpindah dari Task-Based ke Systems-Based Thinking

    Untuk menjadi ahli dalam menggunakan AI, kamu harus berhenti berpikir bahwa AI hanya melakukan satu tugas.

    💡 Mulailah melihat AI sebagai sistem:

    • AI bekerja lebih baik jika kamu memberinya instruksi berlapis.
    • Tulis prompt seperti kamu menulis dokumen SOP atau skrip.
    • Contoh: Untuk menghasilkan 15 tweet dari sebuah artikel, kamu bisa membuat sistem prompt dengan:
      • Role AI
      • Konteks tugas
      • Instruksi langkah demi langkah
      • Contoh output yang diinginkan
      • Format output

    5. Contoh Prompt Sistemik: Menulis Tweet dari Artikel

    Langkah-langkah membuat prompt AI tingkat lanjut:

    1. Tentukan peran: “Kamu adalah penulis konten viral.”
    2. Berikan konteks: “Berdasarkan artikel ini tentang produktivitas…”
    3. Instruksi rinci: “Tulis 5 tweet gaya satu kalimat, 5 tweet gaya paragraf pendek, dan 5 gaya daftar.”
    4. Beri contoh tweet bagus agar AI bisa meniru format dan gaya.
    5. Format output: Minta agar AI memisahkan tiap gaya dengan heading.

    Hasilnya? Kamu akan mendapat struktur konten inspiratif, bukan sekadar teks mentah.

    6. Use Case AI Paling Bermanfaat (dan Bisa Langsung Dipakai!)

    🧭 1. AI sebagai Pengganti Google

    AI = Google versi turbo. Gunakan Perplexity atau Cortex untuk:

    • Mencari jawaban cepat
    • Riset mendalam dengan sumber
    • Menemukan ide artikel

    Tips:

    • Gantilah kebiasaan buka Google dengan buka AI.
    • Biasakan diri berpikir dengan AI seperti kamu dulu belajar Googling.

    📚 2. AI untuk Belajar Cepat

    Gunakan AI sebagai mitra sparring intelektual:

    • Masukkan bab buku, minta dijelaskan konsep-konsep sulit
    • Minta AI bertanya balik, uji pemahamanmu
    • Belajar bahasa asing dengan simulasi percakapan

    Tools: Claude untuk membaca PDF panjang, atau Cortex yang menggabungkan semua fitur belajar ini.


    💡 3. AI untuk Ide Kreatif dan Bisnis

    • Minta AI analisis struktur konten viral
    • Buat daftar pain point, keinginan audiens, dan ide konten
    • Gunakan AI untuk tulis konten dalam gaya kamu sendiri

    Tips:

    • Kirim contoh tulisanmu, minta AI tiru gayamu
    • Buat avatar pelanggan ideal, lalu minta AI menulis untuk mereka

    🧠 4. AI untuk Pertumbuhan Pribadi

    • Tulis jurnal → minta AI refleksi dan umpan balik
    • Minta AI bantu mengurai perasaan bingung
    • Minta AI buat rencana tindakan berdasarkan tujuan hidupmu

    AI bisa menjadi terapis mini, konsultan pribadi, dan penasihat logika, selama kamu memberinya prompt yang tepat.

    7. Langkah Praktis: Bangun Perpustakaan Prompt Milikmu

    🎯 Tuliskan ini:

    • Hal-hal yang kamu lakukan tiap hari
    • Mana yang kamu suka, mana yang kamu benci
    • Mana yang bisa dibantu atau diotomasi oleh AI

    Lalu, buat sistem prompt yang bisa kamu simpan dan pakai berulang kali. Misalnya:

    • Prompt untuk merangkum video YouTube panjang
    • Prompt untuk menulis caption Instagram
    • Prompt untuk analisis ide bisnis
    • Prompt untuk review jurnal harianmu

    🔑 Kesimpulan: AI Adalah Skill, Bukan Shortcut

    “AI tidak akan menggantikan kamu. Tapi seseorang yang tahu cara menggunakan AI bisa jadi akan.” — Disimpulkan dari semangat video ini.

    • AI bukan jalan pintas menuju sukses.
    • Tapi jika digunakan dengan benar, AI bisa mempercepat proses belajar dan berkarya.
    • Yang penting adalah: Kamu tetap perlu kompetensi. AI hanya memperbesar dampaknya.

  • The Winning Product Framework

    The Winning Product Framework

    📝 Pendahuluan

    Dalam dunia bisnis, menjadi pemilik usaha yang sukses bukan hanya soal memiliki produk atau jasa yang bagus, tetapi lebih kepada bagaimana kita menjalankan bisnis tersebut secara konsisten dan memahami nilai yang dirasakan oleh pelanggan. Diskusi bersama Coach Erry dan Bro Er P Ismali dalam episode ini mengupas tuntas prinsip-prinsip penting yang harus dimiliki oleh seorang pebisnis agar bisa bertahan dan berkembang di pasar yang kompetitif.

    🚀 Intisari Utama: Kunci Sukses Pemilik Bisnis

    1. Fokus pada Dua Aktivitas Harian yang Konsisten

    Coach Erry menekankan bahwa keberhasilan bisnis sangat bergantung pada dua aktivitas utama yang harus dilakukan setiap hari oleh pemilik bisnis. Aktivitas ini bukan hanya sekadar menjalankan operasional, tetapi juga membangun mindset dan pola pikir yang tepat agar bisnis bisa terus tumbuh.

    2. Nilai Lebih Penting daripada Produk atau Jasa

    Pelanggan membeli bukan hanya karena produk atau jasa yang ditawarkan, tetapi karena nilai yang mereka rasakan. Oleh karena itu, pebisnis harus mampu mengkomunikasikan dan memberikan nilai yang jelas dan berbeda dibandingkan kompetitor.

    3. Jangan Terburu-buru Fokus pada Branding

    Banyak pengusaha yang terlalu cepat fokus pada branding tanpa membangun fondasi bisnis yang kuat terlebih dahulu. Coach Erry mengingatkan bahwa kesiapan dasar seperti mindset, sistem, dan pemahaman pelanggan harus menjadi prioritas utama sebelum membangun brand yang besar.

    🎯 Insight dari Bro Eri Ismail: Coaching dan Mindset dalam Bisnis

    • Latar Belakang Bro Er P Ismali Sebagai pendiri Asia Coach Indonesia dan hocoach.id, serta seorang certified business coach, Bro Er P Ismali membawa perspektif mendalam tentang pentingnya coaching dalam pengembangan bisnis dan pribadi.
    • Mindset Pebisnis yang Coachable dan Adaptif Pebisnis yang sukses adalah mereka yang terbuka untuk belajar, menerima masukan, dan mampu beradaptasi dengan perubahan. Sikap coachable ini menjadi kunci agar bisnis bisa terus berkembang dan menghadapi tantangan.
    • Memilih Pelanggan yang Tepat Tidak semua pelanggan cocok untuk bisnis kita. Memilih target pasar yang tepat dan fokus pada mereka yang benar-benar membutuhkan produk/jasa kita akan mempercepat pertumbuhan bisnis.

    💡 Kesimpulan dan Rekomendasi Praktis

    🌟 Penutup

    Menjadi pemilik bisnis yang sukses bukanlah hal instan, melainkan hasil dari konsistensi, mindset yang tepat, dan kesiapan untuk terus belajar dan beradaptasi. Coaching dan pemahaman mendalam tentang nilai pelanggan adalah kunci utama yang harus dimiliki. Semoga artikel ini membantu Anda memahami esensi dari “The Winning Product Framework” dan menginspirasi langkah bisnis Anda ke depan!

    @erwinsnada | www.erwinsnada.my.id | 0818 750 500

  • 13 YEARS OF BRUTALLY HONES BUSINESS ADVICE IN 90 MINS

    13 YEARS OF BRUTALLY HONES BUSINESS ADVICE IN 90 MINS

    “Solve rich people problems. They pay better.”

    Kutipan sederhana dari Alex Hormozi ini membuka pintu ke realitas bisnis yang jarang dibahas. Bukan karena terdengar kasar, tapi karena menyentuh inti persoalan yang kerap kita hindari: sebagian besar dari kita sibuk jualan ke orang yang salah, menawarkan produk yang biasa saja, dan terlalu sibuk mengejar pertumbuhan yang semu.

    Artikel ini akan membongkar 11 kebenaran brutal dari 13 tahun pengalaman Alex Hormozi membangun dan menjual bisnis bernilai jutaan dolar. Ini bukan teori—tapi kumpulan pelajaran keras, penuh luka, dan sangat aplikatif, yang bisa mengubah cara kamu membangun bisnis selamanya.

    1. Jual ke Orang Kaya Dulu, Baru ke yang Lain

    Sebelum kamu punya infrastruktur, tim, dan modal yang solid, menjual ke pasar massal adalah jalan menuju frustrasi. Hormozi mencontohkan Tesla: mereka tidak mulai dari mobil murah, tapi dari Roadster seharga $250.000. Kenapa? Karena margin besar dari pelanggan kaya memungkinkan kamu overdeliver sambil tetap untung.

    📌 Insight penting:

    • Orang miskin mengharapkan 10% dari kekayaan mereka menghasilkan hasil setara dengan 10% dari kekayaan orang kaya.
    • Bisnis seperti Amazon dan Walmart bisa jual murah karena dari awal dibangun untuk volume.
    • Kalau kamu tidak bisa bikin sistem skala besar dari awal, main di niche premium dulu.

    Contoh konkret:

    • Acquisition.com: hanya melayani entrepreneur kaya yang sudah punya bisnis besar.
    • School: platform untuk pemula, tapi baru dibangun setelah Acquisition sukses, dan butuh investasi jutaan dolar selama bertahun-tahun.

    💡 Tips Praktis:

    • Mulai dari segmen kecil yang punya daya beli tinggi.
    • Buat produk dengan hasil besar dan delivery cepat.
    • Tawarkan layanan white-glove yang sangat personal.

    🎯 Recap: Fokuslah pada value yang tinggi dan pelanggan yang bisa membayar mahal dulu. Skala boleh nanti.

    2. Bukan Kurang Info, Tapi Kurang Prioritas

    Masalah kebanyakan entrepreneur bukan kurang tahu, tapi bingung harus memprioritaskan yang mana. Banyak yang malah sibuk di 56 bisnis yang nggak ada satu pun yang nendang. Sementara kalau satu saja difokuskan, hasilnya bisa 5x lipat.

    📌 Framework pemikiran:

    • Apa goal-mu?
    • Apa masalah utama yang sedang kamu coba selesaikan?
    • Sudahkah kamu mendefinisikan current state, desired state, dan obstacle?

    💡 Cerita nyata:

    • Seorang founder media besar tidak bisa monetisasi karena… tidak punya produk! Mereka sibuk optimasi SOP padahal belum ada yang dijual.
    • Banyak sales expert yang datang minta tips sales padahal problemnya bukan di closing, tapi di lead generation atau delivery.

    Inti penting:

    • Jangan jatuh cinta pada kekuatanmu sendiri.
    • Tanyakan: apa satu hal besar yang, kalau dilakukan, akan membuat semua masalah lainnya hilang?
    • Strategi = alokasi sumber daya terbatas terhadap opsi tak terbatas.

    3. Tim Kamu Nggak Sebagus yang Kamu Kira

    Kebanyakan bisnis stagnan bukan karena pasar, tapi karena tim yang levelnya biasa saja. Dan ini karena kamu punya standar yang terlalu rendah.

    📌 Tanda-tanda umum:

    • Banyak aturan konyol? Itu tandanya kamu mempekerjakan orang yang salah.
    • Kamu harus menjelaskan terlalu detail? Tandanya timmu butuh micromanagement karena mereka nggak bisa mikir sendiri.

    Solusi konkret:

    • Terapkan aturan Amazon: every hire should raise the average.
    • Kalau kamu hire A+ talent, mereka bisa kasih 10x hasil dari B player.
    • Banyak pengusaha enggan memecat ‘orang lama’ karena loyal, padahal mereka nggak lagi cocok di posisi sekarang.

    💡 Tip: Kalau kamu takut memecat orang, frame-lah sebagai investasi dalam diri mereka: “Saya mau kamu belajar dari orang yang 10 tahun lebih berpengalaman. Saya bayar dia untuk ngajarin kamu.”

    📈 Insight ekstra:

    • Orang yang dulu perform bisa jadi nggak cocok untuk fase bisnis sekarang.
    • Promosi terlalu cepat bisa jebak orang di level inkompetensi.

    4. Brand = Compound Interest dalam Bisnis

    Brand itu seperti investasi jangka panjang. Awalnya mahal, lama, dan tidak terasa hasilnya. Tapi begitu mulai “berbuah”, dampaknya bisa melampaui semua strategi marketing.

    📌 Tiga fondasi brand:

    1. Apa yang kamu katakan (konten, iklan)
    2. Apa yang orang lain katakan (testimoni, referensi)
    3. Apa yang dirasakan pelanggan (pengalaman langsung)

    💡 Kenapa ini penting?

    • Brand memungkinkan kamu menaikkan harga di atas market dan tetap dibeli.
    • Orang akan terus beli meski ada produk lebih murah.
    • ROI dari brand diukur dari seberapa besar premium yang bisa kamu charge.

    Tips branding jangka panjang:

    • Konsisten deliver value.
    • Jujur dalam janji.
    • Perkuat bukti sosial.
    • Bangun pengalaman yang bikin orang jadi promotor setia.

    5. Sistem Uang Harus Dibongkar Hingga Aksi Paling Mikro

    Kamu nggak bisa skala sesuatu yang kamu sendiri nggak ngerti cara kerjanya. Setiap proses, dari iklan sampai delivery, harus bisa diurai ke level aksi terkecil.

    📌 Contoh:

    • Kenapa nggak bisa scale ads dari $5K ke $50K per hari? Cari tahu:
      • Iklan kurang bagus? ➝ perbaiki struktur dan variasinya.
      • Tim sales nggak cukup? ➝ hitung berapa outreach dibutuhkan per hire.
      • Produk nggak bisa handle volume? ➝ sistematisasi delivery.

    Kunci:

    • Semakin vague instruksi, semakin tinggi skill orang yang dibutuhkan.
    • Dokumentasikan semuanya agar bisa dilatih ulang dan diulang.

    💡 Tools:

    • Breakdown funnel jadi KPI per step.
    • Pastikan semua metrik punya driver jelas.
    • Cek setiap constraint: apakah skill, sistem, atau kapasitas?

    6. Kualitas Lebih Penting dari Hack

    Kamu nggak akan menang dengan terus kejar algoritma hack terbaru. Platform akan selalu memberi ruang bagi konten terbaik. Fokuslah ke sana.

    📌 Pendekatan:

    • Buat satu hal yang luar biasa daripada 100 hal biasa-biasa saja.
    • Kuasai “seni pengulangan”: 1 draf, 2 revisi, 3 edit, 4 poles, 5 sanding.

    💡 Analogi:

    • Kualitas = lapisan cat.
    • Kamu terus poles, cek dari sisi berbeda, sanding ulang, sampai hasilnya halus.

    🎯 Framework:

    • Kualitas bisa diajarkan lewat proses.
    • Buat checklist tiap tahap produksi (ide, eksekusi, editing, review).

    7. Kalau Mau Lebih Besar, Jadi Lebih Baik

    Growth demi growth = bloat. Growth karena kualitas = compound. Hormozi belajar ini dari Chick-fil-A dan Elon Musk.

    📌 Mindset:

    • Jangan scale kalau produkmu belum bikin orang ketagihan.
    • Cuma iklankan produk yang kalau orang coba, langsung ngefans berat.

    Contoh:

    • Hormozi baru invest di School.com setelah tanpa marketing pun user growth-nya organik dan kuat.

    💡 Kata Elon: Masuk ke market baru? Produkmu harus 10x lebih baik dari yang sudah ada.

    8. Orang Terbaik Selalu Lebih Mahal—Dan Selalu Sepadan

    Masih berpikir hemat-hemat gaji bikin bisnis untung? Salah besar. Orang terbaik memang mahal, tapi hasilnya bisa 10x lipat.

    📌 Studi kasus pribadi Hormozi:

    • Karyawan $50K ➝ bantu buka cabang baru, profit $250K.
    • Sales $300K ➝ revenue $5 juta.
    • Eksekutif $1 juta ➝ efisiensi $3 juta, bantu akuisisi.

    Pelajaran:

    • Semakin mahal talent, justru return-nya makin besar.
    • Tapi kamu juga harus punya visi dan misi yang layak didukung.
    • Jangan berharap A-player mau gabung ke bisnis setengah hati.

    9. Masalah Utama Adalah Masalah Paling Jelas

    Kita suka menghindar dari masalah utama karena menyakitkan untuk diakui. Tapi sering kali jawabannya adalah: produkmu biasa aja.

    📌 Pertanyaan menyakitkan:

    • Apakah kamu pernah pakai produkmu sendiri?
    • Apakah orang keluar dari produkmu dan bilang, “GILA INI GOKIL!”

    💡 Jika belum, jangan skala dulu. Biarkan cuma sedikit orang yang tahu bahwa produkmu masih biasa aja.

    Baru scale saat:

    • Word of mouth sudah jalan.
    • Orang promosiin tanpa disuruh.
    • Produk jadi topik obrolan sehari-hari.

    10. Waktu Fokus = Satu-Satunya Cara Bergerak Maju

    Kalau kamu kerja 12 jam tapi nggak ada hasil nyata, kemungkinan besar kamu mengerjakan hal yang tidak penting. Hormozi: “Kadang kamu harus biarkan api kecil menyala, agar api besar bisa padam.”

    📌 Solusi:

    • Blok 4–6 jam setiap pagi untuk kerja terdalam.
    • Tunda semua meeting ke sore.
    • Jangan jadikan DM dan email sebagai prioritas.

    💡 Pertanyaan harian:

    “Apa satu hal yang kalau saya lakukan hari ini, semua masalah lainnya jadi lebih kecil atau hilang?”

    Penutup: Jangan Kejar Heboh, Kejar Hebat

    Pernah dengar kalimat: “Growth hides all sins”? Banyak bisnis tumbuh cepat, tapi rapuh di dalam. Jangan jadi salah satunya.

    “Mediocrity is a choice. Excellence is a habit.”

    Kalau kamu serius bangun bisnis jangka panjang, artikel ini bukan sekadar bahan baca—tapi bahan renung dan revisi strategi.

  • Strategi Penjualan Terbaru dari China: Auto Closing di Era AI!

    Strategi Penjualan Terbaru dari China: Auto Closing di Era AI!

    Di tengah kemajuan teknologi yang pesat, profesi sales seringkali dipertanyakan. Apakah sales akan digantikan oleh AI? Bagaimana kita bisa tetap relevan dan bahkan “auto closing” di era digital ini? Mari kita selami ilmu penjualan terbaru, termasuk pelajaran berharga dari Tiongkok.

    AI: Ancaman atau Peluang untuk Tenaga Penjualan?

    Tidak bisa dimungkiri, AI akan mengambil alih pekerjaan yang bersifat rutin. Dalam dunia penjualan, ini termasuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dasar pelanggan yang sering berulang. James Gwee, seorang pakar penjualan, mencontohkan pertanyaan seputar usia peserta pelatihan, apakah cocok untuk introvert, atau detail praktik dan diskon – semua ini bisa diprogram ke AI untuk dijawab secara konsisten dan akurat. Bahkan, AI bisa memberikan jawaban terbaik tanpa terpengaruh mood seperti manusia.

    Data menunjukkan bahwa 41% pekerjaan diproyeksikan akan digantikan oleh AI dalam lima tahun mendatang. Namun, daripada panik, fokuslah pada 59% pekerjaan yang tidak akan digantikan. Inilah peluang kita!

    AI sebagai Senjata Rahasia Sales Masa Kini

    AI, khususnya chatbot seperti ChatGPT, bukanlah musuh, melainkan tools yang bisa sangat membantu tenaga penjualan. Bayangkan, Anda bisa menggunakan ChatGPT untuk:

    • Meningkatkan strategi follow-up Anda
    • Menganalisis pertanyaan, permintaan, dan keberatan umum dari pelanggan.
    • Mendapatkan respons terbaik, misalnya saat pelanggan bilang “mahal”.
    • Menyusun sales script yang memukau.

    Kunci untuk memanfaatkan AI adalah “prompting skill”. Semakin tepat pertanyaan yang Anda ajukan ke AI, semakin brilian jawaban yang Anda dapatkan.

    Strategi Penjualan Modern: Psikologi di Balik Closing

    1. WA sebagai Teaser, Bukan Ensiklopedia: Menjual via WA itu sulit karena tidak ada unsur “sungkan” seperti interaksi langsung. Jangan langsung memberikan semua informasi detail. Gunakan WA sebagai “teaser” untuk membangkitkan rasa penasaran dan mendorong janji temu. Memberikan informasi lengkap di awal justru seringkali membuat pelanggan ghosting karena merasa tidak lagi membutuhkan Anda.
    2. Mengundang, Bukan Memaksa: Penjualan yang efektif adalah dengan “mengundang” (inviting), bukan “memaksa” (pushing). Pancing pelanggan untuk masuk lebih dalam ke kebutuhan mereka. Ajukan pertanyaan yang membuat mereka memikirkan manfaat dan komitmen, seperti “Kalau lu serius untuk berubah, lu siap enggak komit 3 hari seminggu?”
    3. Bukan Pusat Informasi: Ingat, Anda adalah sales, bukan pusat informasi. Jika Anda hanya memberikan informasi lengkap, pelanggan akan pergi setelah mendapatkannya.
    4. Filtering Prospek: Gunakan setiap pertanyaan sebagai filter. Tanyakan “Lu serius enggak?” atau “Siap enggak?” untuk menyaring prospek yang benar-benar berminat.
    5. Marketing Jujur (Raw Unfiltered Marketing): Terkadang, jujur dan menunjukkan “mentah”-nya proses bisa membangun rasa penasaran dan kepercayaan. Misalnya, mengakui bahwa seseorang datang karena sungkan atau ingin melihat-lihat, lalu menetralkan mindset tersebut dengan penawaran yang menarik.
    6. Jual Prestige, Bukan Bahan Baku: Untuk produk premium, fokuslah pada nilai dan prestige yang ditawarkan, bukan hanya harga pokok produksi (HPP). Pelanggan di segmen ini membeli merek dan status.

    Kepemimpinan dan Pembelajaran dari China

    • Adaptasi adalah Kunci: Baik tenaga penjualan maupun pemilik bisnis harus adaptif. Mindset bos yang konvensional bisa menghambat kemajuan tim sales.
    • Fokus pada Peluang: Seorang pemimpin sejati selalu melihat peluang di balik setiap ancaman. Seperti Presiden Tiongkok yang menyebut negaranya “samudra” yang terbiasa dengan badai, dan krisis dengan AS justru membuka peluang di pasar lain.
    • Tanggung Jawab Atasan: Dalam budaya manajemen Tiongkok, atasan bertanggung jawab penuh atas keberhasilan bawahan. Jika bawahan tidak berprestasi, itu karena atasan gagal mengembangkannya.
    • Filosofi Bisnis “Hulu ke Hilir”: Pelajaran dari perusahaan seperti BYD di China menunjukkan kekuatan menguasai seluruh rantai bisnis dari hulu ke hilir (misalnya, pertambangan bahan baku) untuk meminimalkan ketergantungan eksternal dan mencapai ketangguhan.
    • Rekrutmen Berbasis Visi: Perusahaan seperti Alibaba merekrut karyawan dengan cita-cita tinggi, bukan hanya demi uang. Mereka percaya bahwa orang yang punya cita-cita kecil akan cepat puas dan sulit didorong untuk berprestasi lebih tinggi.
    • Pengambilan Keputusan Berbasis Data: Alibaba mengambil keputusan berdasarkan data, bukan hanya perasaan atau subjektivitas.

    Di era ini, kita perlu terus belajar dan beradaptasi. Manfaatkan AI sebagai alat, ubah strategi penjualan menjadi lebih psikologis dan mengundang, dan terinspirasi dari ketangguhan serta visi bisnis dari negara-negara maju seperti Tiongkok. Ini bukan hanya tentang bertahan, tetapi tentang menemukan peluang besar di tengah tantangan!

    @erwinsnada | 0818 750 500

  • MASALAH BUKAN MUSUH, TAPI SAHABAT TUMBUH

    MASALAH BUKAN MUSUH, TAPI SAHABAT TUMBUH

    Apakah Anda sedang menghadapi masalah?

    Kalau iya, selamat. Artinya Anda sedang hidup. Karena sejatinya, hidup adalah perjalanan dari satu masalah ke masalah berikutnya. Tapi menariknya, dari talkshow bersama Coach Darmawan Aji dan Sonny Abi Kim, kita diajak melihat masalah bukan sebagai beban, tapi sebagai bagian alami dari kehidupan — bahkan sebagai pintu menuju pertumbuhan dan kebahagiaan.

    🎯 Solusi Bukan Akhir Masalah

    Sering kali kita berpikir bahwa solusi akan menyelesaikan semuanya. Padahal, solusi itu sendiri sering menjadi pemicu masalah baru. Misalnya:

    • Lulus kuliah = jadi pengangguran.
    • Dapat kerja = stres karena atasan.
    • Menikah = muncul dinamika rumah tangga.

    Alih-alih terus menghindar, Coach Aji mengajak kita berdamai dengan masalah. Karena yang bersifat tetap itu bukan solusinya, tapi proses kita menghadapinya.

    🔍 Apa Itu Masalah, Sebenarnya?

    Dari Bahasa:

    Ternyata, kata masalah berasal dari bahasa Arab mas’alah, yang artinya pertanyaan.
    Artinya, setiap kali kita menghadapi masalah, kita sebenarnya sedang diberi pertanyaan. Dan tugas kita hanya satu: menjawabnya dengan tenang.

    Dari Istilah Praktis:

    Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan.
    Contoh: Berat badan ideal 60 kg, tapi realitanya 75 kg.
    ➡️ Itulah masalah: ada gap yang perlu dijembatani.

    🌱 Dua Manfaat Besar dari Masalah

    1. Sumber Kebahagiaan
      Ketika kita berhasil memecahkan masalah, muncullah rasa puas dan bahagia.
      Persis seperti main game — makin sulit levelnya, makin seru rasanya saat berhasil.
    2. Meningkatkan Kapasitas Diri
      Masalah menguatkan kita, seperti beban yang membuat otot berkembang.
      Semakin besar masalahnya, semakin besar potensi kita tumbuh.

    🧭 Tiga Kunci Menghadapi Masalah

    1. Fokus pada yang Bisa Dikendalikan
      Kita tidak bisa mengontrol masa lalu, orang lain, atau hasil akhir.
      Tapi kita bisa memilih: cara berpikir, cara memaknai, dan cara merespons.
      ➤ Mau jadi korban atau pengamat? Kitalah yang menentukan.
    2. Fokus pada Solusi, Bukan Masalahnya
      Jangan larut dalam “kenapa saya?”, tapi ubah jadi “apa yang bisa saya lakukan sekarang?”.
      Masa lalu tak bisa diubah, tapi masa depan masih bisa diarahkan.
    3. Fokus pada Proses, Bukan Hasil
      Hasil ada di tangan Tuhan. Tugas kita hanya berusaha sebaik mungkin.
      ➤ Ingat: Allah menilai proses, bukan hanya hasil.

    💛 Tahapan Emosi Menghadapi Masalah

    1. Sabar
      Menahan diri dari ucapan, pikiran, dan tindakan negatif.
    2. Ridho
      Menerima segala takdir dengan lapang dada.
    3. Syukur
      Mampu menemukan hikmah di balik setiap kejadian, bahkan berterima kasih atasnya.

    Tahapan ini bisa butuh waktu — bisa 3 jam, 3 hari, 3 bulan, atau bahkan 3 tahun. Tapi selama kita bergerak ke arah itu, kita sedang bertumbuh.

    🌤️ Masalah Datang Bersama Solusi

    Dalam Surat Al-Insyirah, Allah berfirman:

    “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”

    Bukan “setelah”, tapi bersama. Artinya, solusi selalu dekat — tinggal kita mau melihatnya atau tidak.

    🎓 Penutup: Belajar Menikmati Hidup

    Kalau Anda merasa artikel ini menggugah, Anda bisa melangkah lebih jauh. Coach Aji membuka kelas “Design of Enjoying Life”, khusus membahas cara mendesain hidup agar lebih tenang, bahagia, dan bermakna—meski penuh masalah.

    Karena pada akhirnya, masalah bukan musuh, tapi sahabat tumbuh.

  • Rahasia Produktivitas: Inner Game Lebih Penting dari Sekadar Teknik

    Rahasia Produktivitas: Inner Game Lebih Penting dari Sekadar Teknik

    Produktivitas bukan sekadar soal manajemen waktu atau menyelesaikan to-do list. Dalam episode Inner Game Podcast #19, Coach Darmawan Aji bersama Sonny Abi Kim membedah bahwa produktivitas yang sejati justru dimulai dari dalam — dari apa yang disebut sebagai inner game.

    Apa Itu Inner Game?

    Inner game adalah “permainan batin”, yaitu kondisi mental dan emosional seseorang yang mendasari tindakan-tindakan produktifnya. Ini mencakup:

    • Niat dan tujuan yang jelas (clarity of intention)
    • Keyakinan yang mendukung (beliefs)
    • Nilai-nilai hidup (values) yang selaras dengan tindakan
    • Kemampuan mengelola pikiran dan perasaan

    Banyak orang tahu cara membuat perencanaan atau strategi produktivitas, tapi tetap tidak bisa konsisten menjalankannya. Mengapa? Karena ada jarak antara pengetahuan dan tindakan — dan yang mengisi jarak itu adalah inner game.

    Self Coaching: Latihan Menata Diri dari Dalam

    Coach Aji memperkenalkan konsep self coaching, yaitu kemampuan untuk bertanya kepada diri sendiri, mengenali pola pikir, dan memilih respons yang memberdayakan.

    Langkah-langkah sederhana dalam self coaching:

    1. Menyadari lintasan pikiran yang muncul (awareness)
    2. Menerima pikiran dan perasaan tanpa menghakimi (acceptance)
    3. Mengelola dan memilih pikiran yang mendukung tindakan (managing)

    Dengan latihan self coaching, seseorang dapat mengatasi perfeksionisme, penundaan, hingga kebiasaan tidak produktif lainnya.

    Mindful Life: Tenang adalah Kunci Produktif

    Dalam kondisi dunia yang serba cepat dan penuh tekanan, Coach Aji mengingatkan bahwa kunci produktivitas bukan kecepatan, tetapi ketenangan. Hidup dengan mindfulness — hadir sepenuhnya di saat ini — membantu seseorang:

    • Menentukan mana yang penting vs. sekadar mendesak
    • Mengelola energi dan fokus
    • Menghindari keputusan impulsif akibat stres

    Salah satu teknik praktis yang dibahas adalah:

    Release Tension, Set Intention Setelah menyelesaikan aktivitas, jangan langsung loncat ke tugas berikutnya. Ambil jeda sejenak, hembuskan napas panjang, lalu tetapkan niat untuk aktivitas selanjutnya.

    Produktif Tanpa Stres: Mungkinkah?

    Ya, produktif tanpa stres itu mungkin. Bahkan, justru dengan batin yang damai, seseorang bisa lebih fokus, lebih cepat menyelesaikan pekerjaan, dan lebih bahagia dalam prosesnya.

    Coach Aji juga menekankan bahwa perubahan yang tahan lama terjadi ketika seseorang mulai dari dalam. Saat inner game kuat, outer game (strategi, teknik, tools) akan berjalan lebih lancar.

    Kesimpulan

    Rahasia produktivitas yang jarang dibahas adalah ini: perjalanan ke dalam diri sendiri. Mulailah dengan niat yang jelas, tenangkan pikiran, dan latih kemampuan untuk bertanya serta mendengarkan diri sendiri. Barulah teknik produktivitas yang ada akan memberikan hasil maksimal.

  • 12 PRODUCTIVITY MYTHS WASTING YOUR TIME

    12 PRODUCTIVITY MYTHS WASTING YOUR TIME

    13 Mitos Produktivitas yang Perlu Kamu Tinggalkan

    1️⃣ Mitos: “Seharusnya aku lebih produktif hari ini”

    Banyak orang menyalahkan diri sendiri saat merasa tidak cukup produktif. Padahal, menyesali waktu yang terbuang tidak akan mengubah apa pun.

    📌 “I can just simply choose to be satisfied with how much work I’ve done today, and it’s totally fine. I can always begin again tomorrow.”

    (Aku bisa memilih untuk merasa cukup dengan apa yang sudah aku lakukan hari ini, dan itu tidak masalah. Aku bisa mulai lagi besok.)

    Solusi:

    • Jangan menyalahkan diri sendiri. Akui hari itu apa adanya dan fokus ke hari esok.
    • Ingat bahwa produktivitas itu naik turun, bukan selalu konstan.

    2️⃣ Mitos: Konsistensi lebih penting daripada intensitas

    Konsistensi memang penting, tapi itu bukan berarti kamu tidak boleh bekerja dengan intens saat diperlukan.

    📌 “Not everything in life is a marathon where you have to pace yourself. Some things can be sprints.”

    (Tidak semua hal dalam hidup adalah maraton di mana kamu harus menjaga ritme. Beberapa hal bisa berupa sprint.)

    Solusi:

    • Jika sedang dalam fase penting, bekerja lebih intens dalam jangka pendek itu wajar.
    • Setelah sprint, pastikan ada waktu untuk istirahat dan pemulihan.

    3️⃣ Mitos: Motivasi adalah kunci untuk bertindak

    Kebanyakan orang berpikir mereka butuh motivasi sebelum mulai bekerja. Faktanya, aksi lah yang menciptakan motivasi.

    📌 “Rather than motivation leading to action, it’s more that action leads to motivation.”

    (Bukan motivasi yang membawa kita ke tindakan, tapi tindakan lah yang membawa kita ke motivasi.)

    Solusi:

    • Jangan menunggu mood bagus atau motivasi tinggi untuk mulai bekerja.
    • Lakukan saja sesuatu yang kecil, dan biarkan efek bola salju bekerja.

    4️⃣ Mitos: Hustle culture itu buruk

    Banyak yang berpikir hustle culture adalah sesuatu yang harus dihindari sepenuhnya. Padahal, bekerja keras itu tetap perlu—tergantung tujuanmu.

    📌 “If you want to do something extraordinary, you probably have to put in extraordinary amounts of work.”

    (Kalau kamu ingin melakukan sesuatu yang luar biasa, kamu mungkin harus bekerja dengan luar biasa juga.)

    Solusi:

    • Jika ingin sukses di bidang yang kompetitif, kerja keras itu wajib.
    • Tapi, pastikan kamu punya batasan agar tidak jatuh ke burnout.

    5️⃣ Mitos: Produktivitas bukan bagian dari self-care

    Ada anggapan bahwa self-care berarti menjauhi pekerjaan. Padahal, terkadang justru bekerja adalah bentuk self-care.

    📌 “Sometimes the greatest thing you can do for your own self-care is to actually be productive.”

    (Kadang, hal terbaik yang bisa kamu lakukan untuk self-care adalah dengan menjadi produktif.)

    Solusi:

    • Prioritaskan pekerjaan yang bisa mengurangi stres di kemudian hari.
    • Jangan jadikan self-care sebagai alasan untuk menunda tanggung jawab penting.

    6️⃣ Mitos: Semua tujuan harus SMART

    Metode SMART (Specific, Measurable, Achievable, Realistic, Time-bound) memang bagus, tapi bukan satu-satunya cara menetapkan tujuan.

    📌 “Intrinsic goals—like growing my own skills—are often more effective than extrinsic goals.”

    (Tujuan intrinsik—seperti mengembangkan keterampilan—seringkali lebih efektif daripada tujuan ekstrinsik.)

    Solusi:

    • Tetapkan tujuan yang lebih dekat dan nyata (proximal goals), seperti “mendapat $100 pertama dari bisnis” daripada langsung “mendapat $1 juta”.
    • Fokus pada tujuan intrinsik, bukan hanya target angka.

    7️⃣ Mitos: Kamu bisa melakukan semuanya jika lebih produktif

    To-do list tidak akan pernah habis. Tidak mungkin melakukan semuanya.

    📌 “We can just strategically decide what are the things we’re going to be mediocre at.”

    (Kita bisa secara strategis memutuskan hal apa saja yang akan kita biarkan biasa-biasa saja.)

    Solusi:

    • Prioritaskan 3 hal penting setiap hari.
    • Terima kenyataan bahwa kamu tidak bisa melakukan semuanya.

    8️⃣ Mitos: “Aku tidak punya waktu”

    Sebenarnya, bukan masalah waktu, tapi prioritas.

    📌 “It’s never that you don’t have time. It’s always that the thing is not enough of a priority.”

    (Bukan karena kamu tidak punya waktu. Tapi karena hal itu bukan prioritas.)

    Solusi:

    • Ubah cara berpikir dari “Aku tidak punya waktu” menjadi “Aku belum menjadikannya prioritas.”
    • Jika sesuatu benar-benar penting, kamu akan menemukan waktu untuk itu.

    9️⃣ Mitos: Produktivitas adalah tentang melakukan lebih banyak hal

    Produktivitas bukan tentang bekerja lebih banyak, tapi mengerjakan hal yang benar.

    📌 “There is no point driving super fast down the road if you are driving the wrong direction.”

    (Tidak ada gunanya melaju kencang jika kamu menuju arah yang salah.)

    Solusi:

    • Fokus pada hasil yang bermakna, bukan hanya jumlah tugas yang diselesaikan.
    • Cari cara untuk membuat pekerjaan lebih menyenangkan agar lebih produktif.

    🔟 Mitos: Kamu butuh banyak waktu untuk bekerja dengan baik

    Jangan menunggu punya waktu luang berjam-jam untuk mulai bekerja.

    📌 “You can write seven sentences in seven minutes. That gets you closer to your goal.”

    (Kamu bisa menulis tujuh kalimat dalam tujuh menit. Itu tetap mendekatkanmu ke tujuan.)

    Solusi:

    • Manfaatkan waktu-waktu kecil di sela kesibukan.
    • Jangan tunda pekerjaan hanya karena waktu yang tersedia terasa terlalu singkat.

    1️⃣1️⃣ Mitos: Lingkungan harus sempurna untuk bisa produktif

    Jangan jadikan lingkungan sebagai alasan untuk tidak bekerja.

    📌 “People have been doing productive things since the dawn of time without access to all this fancy tech.”

    (Orang sudah produktif sejak zaman dulu tanpa semua teknologi dan perlengkapan keren ini.)

    Solusi:

    • Kurangi ketergantungan pada faktor eksternal seperti meja kerja yang rapi atau suasana ideal.
    • Fokus pada apa yang bisa kamu lakukan sekarang, bukan menunggu kondisi sempurna.

    1️⃣2️⃣ Mitos: Detail kecil tidak penting dalam produktivitas

    Hal-hal kecil, seperti mengetik lebih cepat, bisa berdampak besar.

    📌 “If you can go home an extra half an hour early because you type faster, that’s just nice for your life.”

    (Kalau kamu bisa pulang 30 menit lebih awal karena mengetik lebih cepat, itu pasti menyenangkan.)

    Solusi:

    • Pelajari keterampilan kecil yang bisa membuat pekerjaan lebih efisien.

    Kesimpulan

    Produktivitas bukan sekadar tentang bekerja lebih keras, tapi bekerja lebih cerdas. Tinggalkan mitos-mitos ini agar bisa lebih fokus pada yang benar-benar penting.

  • IF I WANTED TO BE A MILLIONAIRE BEFORE 30, I’D DO THIS

    IF I WANTED TO BE A MILLIONAIRE BEFORE 30, I’D DO THIS

    5 Pelajaran Penting untuk Jadi Miliuner di Usia 20-an

    Jika ingin mencapai kebebasan finansial lebih cepat, ada lima pelajaran penting yang perlu kamu pahami. Ini bukan teori kosong, tapi pengalaman langsung dari seseorang yang berhasil menjadi miliuner di usia 26 tahun.


    1️⃣ Punya Tujuan Finansial yang Jelas

    Banyak orang menjalani hidup dengan pola yang sama: sekolah, kerja, menabung, lalu pensiun. Tapi kalau kamu ingin sukses finansial lebih cepat, kamu perlu memiliki tujuan yang jelas sejak awal.

    📌 “This sort of stuff does not happen accidentally. People don’t just wake up and stumble into financial success.”

    (Hal seperti ini nggak terjadi secara kebetulan. Orang nggak tiba-tiba bangun dan sukses finansial begitu saja.)

    Tips Praktis:

    • Tentukan apa arti kebebasan finansial untukmu—apakah itu punya penghasilan pasif, bisa bekerja dari mana saja, atau tidak perlu lagi mengkhawatirkan uang.
    • Mulai cari sumber penghasilan di luar pekerjaan utama—bisa dari bisnis, investasi, atau aset lain.
    • Perhatikan lingkungan dan konten yang kamu konsumsi, karena ini akan mempengaruhi pola pikir dan tindakanmu.

    2️⃣ Bangun Bisnis Sendiri

    Pekerjaan yang stabil memang bisa memberi keamanan, tapi kalau kamu ingin penghasilan besar di usia muda, memiliki bisnis sendiri adalah jalan tercepat.

    📌 “A job is where you are a cog in a machine. A business is the machine. The owner of the machine is the one who gets rich.”

    (Pekerjaan itu ibarat gigi roda dalam sebuah mesin. Bisnis adalah mesinnya. Dan pemilik mesin lah yang jadi kaya.)

    Jenis bisnis yang bisa kamu mulai:

    1. Service Business – Menawarkan jasa seperti desain grafis, konsultasi, atau private tutoring.
    2. Product Business – Menjual produk fisik atau digital, misalnya e-book, merchandise, atau makanan.
    3. Content Business – Menghasilkan konten (YouTube, blog, podcast) dan memonetisasinya lewat ads atau sponsor.

    Jika belum tahu harus mulai dari mana, service business adalah pilihan termudah karena modalnya relatif kecil.

    3️⃣ Biasakan untuk Langsung Bertindak

    Banyak orang gagal bukan karena kurang ide, tapi karena terlalu banyak berpikir dan tidak segera bertindak.

    📌 “You don’t learn how to build a business by reading books or watching videos. You learn by actually doing it.”

    (Kamu nggak akan belajar cara membangun bisnis dengan baca buku atau nonton video. Kamu belajar dengan langsung melakukannya.)

    Tips Praktis:

    • Mulai dari bisnis kecil yang sesuai dengan keterampilanmu.
    • Jangan menunggu ide sempurna—eksperimen dan sesuaikan di perjalanan.
    • Terima kegagalan sebagai bagian dari proses belajar.

    4️⃣ Terus Belajar dan Upgrade Skill

    Tindakan itu penting, tapi kalau kamu tidak belajar strategi yang benar, kamu hanya akan berjalan di tempat.

    📌 “I was too biased to action and forgot to learn along the way.”

    (Aku terlalu fokus bertindak dan lupa untuk belajar sepanjang jalan.)

    Cara belajar yang efektif:

    • Baca buku bisnis & keuangan. Misalnya The E-Myth Revisited untuk memahami strategi bisnis dengan lebih baik.
    • Dengarkan podcast & audiobooks saat olahraga atau di perjalanan.
    • Cari mentor atau coach. Ini bisa mempercepat progressmu secara signifikan.

    Jangan berpikir belajar hanya sebatas membaca buku. Yang lebih penting adalah menerapkan ilmu yang sudah ditemukan orang lain dalam bisnismu sendiri.

    5️⃣ Konsisten dan Bermain untuk Jangka Panjang

    Kesuksesan finansial bukan hasil kerja satu malam. Ini adalah permainan jangka panjang yang butuh kesabaran dan konsistensi.

    📌 “You need to not stop. You need to not give up. People expect results too soon and they quit.”

    (Kamu harus terus berjalan. Jangan menyerah. Banyak orang berharap hasil yang instan dan akhirnya berhenti.)

    Tips Praktis:

    • Fokus pada kemajuan kecil setiap hari daripada berharap sukses besar secara instan.
    • Buat kerja kerasmu jadi sesuatu yang menyenangkan agar tidak mudah bosan.
    • Ingat, lebih baik berkembang perlahan tapi pasti, daripada terburu-buru dan menyerah di tengah jalan.

    Kesimpulan

    💡 Kunci sukses finansial di usia muda:

    ✅ Punya tujuan yang jelas

    ✅ Bangun bisnis sendiri

    ✅ Biasakan bertindak langsung

    ✅ Terus belajar dan upgrade skill

    ✅ Konsisten dan main game jangka panjang

  • MY HONEST ADVICE TO SOMEONE WHO WANTS PASSIVE INCOME

    MY HONEST ADVICE TO SOMEONE WHO WANTS PASSIVE INCOME

    “Kebebasan itu mahal, tapi bisa diraih.”

    Kalimat ini merangkum semangat di balik pencarian passive income oleh banyak orang. Dalam sebuah percakapan santai selama liburan, Ali—seorang mantan dokter yang kini menjadi pengusaha—berbincang dengan temannya Harry yang sedang galau dengan pekerjaannya dan bermimpi memiliki penghasilan pasif. Dari percakapan itu lahir serangkaian insight berharga tentang passive income, cara berpikir, dan langkah konkret untuk meraihnya.

    Artikel ini akan membedah percakapan mereka, menyusun ulang ide-ide pentingnya dalam struktur yang runtut, edukatif, dan mudah dipahami—cocok untuk siapa saja yang sedang mencari jalan menuju financial freedom.

    1. Mengapa Orang Mengejar Passive Income?

    🧠 Intisari

    Tujuan utama dari passive income bukan sekadar uang, melainkan kebebasan—bebas memilih pekerjaan, waktu, dan cara hidup.

    📌 Penjabaran

    • Passive income ≠ Tanpa usaha Ali menekankan bahwa kebanyakan orang tidak benar-benar ingin “tidak bekerja sama sekali”, tapi ingin memisahkan penghasilan dari waktu aktif kerja.
    • Motivasi utama: kebebasan Harry, seorang pengacara, merasa pekerjaan tetapnya membatasi. Ia ingin kebebasan untuk bekerja dari mana saja, melakukan hal yang disukai, dan punya kendali atas waktunya.
    • Magic number Harry menetapkan target: £10.000 per bulan dari penghasilan pasif. Ini dianggap cukup untuk menggantikan gajinya dan membiayai hidup ideal.

    📎 Takeaway

    Passive income adalah alat untuk meraih kebebasan hidup, bukan jalan pintas jadi kaya tanpa usaha.

    2. Dua Sumber Daya Utama: Waktu dan Uang

    🧠 Intisari

    Setiap bentuk penghasilan—aktif atau pasif—datang dari investasi waktu atau uang ke dalam suatu sistem.

    📌 Penjabaran

    • Metafora kapal Dunia kerja diibaratkan kapal: kita bisa jadi kru di kapal orang lain (karyawan), atau membangun kapal sendiri (wirausaha).
    • Kerja aktif vs. pasif Bekerja di perusahaan orang lain berarti menukar waktu untuk uang—penghasilan aktif. Agar jadi pasif, kita perlu menginvestasikan uang atau membangun sistem.
    • Opsi umum: tabungan dan investasi Dua cara termudah memulai passive income:
      • Menyimpan uang di rekening berbunga
      • Berinvestasi di indeks saham seperti S&P 500
    • The 4% Rule Untuk hidup dari investasi, dibutuhkan portofolio besar. Misalnya, £3 juta untuk menghasilkan £120.000 per tahun secara pasif.

    Takeaway

    Passive income lahir dari pengelolaan dua sumber daya: waktu dan uang—bukan dari keajaiban.

    3. Membangun Kapal Sendiri: Jalan Cepat tapi Menantang

    🧠 Intisari

    Membangun bisnis sendiri adalah cara paling menjanjikan (namun menantang) untuk menciptakan penghasilan pasif jangka panjang.

    📌 Penjabaran

    • Wujud bisnis pasif Bisa berupa:
      • Produk digital (eBook, kursus online)
      • Properti sewaan
      • Aplikasi atau alat berbasis kode
    • Tantangan internal lebih dominan Rasa takut, tidak percaya diri, dan “tidak punya ide” sering kali jadi penghalang utama untuk memulai.
    • Langkah pertama: “Now, not How” Ali menyarankan tantangan sederhana dari buku Million Dollar Weekend: kirim pesan ke teman dan tanyakan, “Bisnis apa yang cocok untukku?”
    • Identifikasi ide bisnis Temukan irisan antara:
      • apa yang kamu suka
      • apa yang kamu kuasai
      • apa yang dibutuhkan orang lain
      • apa yang bisa menghasilkan uang

    Takeaway

    • Bisnis sendiri bisa jadi mesin penghasilan pasif, tapi butuh keberanian untuk melewati ketakutan awal dan mulai membangun.

    4. Belajar “Memenangkan Pekerjaan”, Bukan Sekadar “Melakukannya”

    🧠 Intisari

    Untuk sukses sebagai pebisnis, kita harus belajar cara mendapatkan klien—bukan hanya menyelesaikan pekerjaan.

    📌 Penjabaran

    • Doing the work vs. winning the work Di dunia kerja, banyak orang ahli di bidangnya, tapi tidak tahu cara memasarkan keahlian tersebut.
    • Kunci bisnis: buat dan jual Semua bisnis bisa disederhanakan menjadi dua langkah:
      • Buat sesuatu yang dibutuhkan
      • Jual kepada yang membutuhkan
    • Bangun keahlian melalui pekerjaan sekarang Misalnya, ikut dalam tim pemasaran, penjualan, atau pengembangan produk di kantor.
    • Belajar sambil jalan Konsumsi pasif (baca buku, tonton video) itu penting, tapi pengalaman langsung dari menjual jasa/produk sendiri jauh lebih berdampak.

    Takeaway

    Pebisnis sukses bukan hanya ahli di bidangnya, tapi juga tahu cara mendapatkan pelanggan.

    5. Kasus Nyata: Membangun Ide Bisnis Harry

    🧠 Intisari

    Harry menemukan ide bisnis potensial dari kombinasi keahlian pribadi dan kebutuhan di komunitasnya: emosional intelligence untuk profesional pria.

    📌 Penjabaran

    • Kekuatan Harry: suka menulis dan punya EQ tinggi
    • Target pasar: pria profesional—khususnya pengacara—yang ingin mengembangkan EQ
    • Monetisasi potensial:
      • Workshop untuk firma hukum
      • Kursus online untuk pria dewasa
      • Konten edukatif via newsletter atau blog
    • Model bisnis awal: membangun audiens lewat LinkedIn dan Substack

    📎 Takeaway

    Bisnis terbaik sering muncul dari gabungan minat pribadi, keahlian, dan kebutuhan komunitas yang kita kenal.

    6. Realita: Disiplin Lebih Sulit dari Ide

    🧠 Intisari

    Bukan kurang ide yang membuat gagal, tapi kurang konsistensi dalam mengeksekusi.

    📌 Penjabaran

    • Harry sempat mulai Ia menulis beberapa postingan di LinkedIn, tapi berhenti setelah dua minggu.
    • Masalah klasik: J-curve Banyak model bisnis (terutama yang berbasis audiens) butuh waktu lama sebelum menghasilkan uang.
    • Butuh stamina, bukan hanya motivasi Rasa “tidak punya waktu” sering kali sebenarnya “tidak menjadikannya prioritas”.
    • Solusi: nikmati prosesnya Temukan cara agar proses membangun terasa menyenangkan, bukan hanya demi hasil akhir.

    📎 Takeaway

    Membangun passive income butuh ketekunan jangka panjang, terutama saat belum terlihat hasilnya.

    Penutup

    Perjalanan menuju passive income bukan jalan tol bebas hambatan. Ia lebih seperti jalan setapak menanjak yang menguji ketekunan, kejelian, dan mentalitas jangka panjang. Tapi bagi mereka yang bersedia melangkah—satu langkah kecil demi satu langkah kecil—di ujung sana terbuka pintu kebebasan yang begitu didambakan.

    @erwinsnada | 0818 750 500