Category: Sales taktic

  • 13 YEARS OF BRUTALLY HONES BUSINESS ADVICE IN 90 MINS

    13 YEARS OF BRUTALLY HONES BUSINESS ADVICE IN 90 MINS

    “Solve rich people problems. They pay better.”

    Kutipan sederhana dari Alex Hormozi ini membuka pintu ke realitas bisnis yang jarang dibahas. Bukan karena terdengar kasar, tapi karena menyentuh inti persoalan yang kerap kita hindari: sebagian besar dari kita sibuk jualan ke orang yang salah, menawarkan produk yang biasa saja, dan terlalu sibuk mengejar pertumbuhan yang semu.

    Artikel ini akan membongkar 11 kebenaran brutal dari 13 tahun pengalaman Alex Hormozi membangun dan menjual bisnis bernilai jutaan dolar. Ini bukan teoriβ€”tapi kumpulan pelajaran keras, penuh luka, dan sangat aplikatif, yang bisa mengubah cara kamu membangun bisnis selamanya.

    1. Jual ke Orang Kaya Dulu, Baru ke yang Lain

    Sebelum kamu punya infrastruktur, tim, dan modal yang solid, menjual ke pasar massal adalah jalan menuju frustrasi. Hormozi mencontohkan Tesla: mereka tidak mulai dari mobil murah, tapi dari Roadster seharga $250.000. Kenapa? Karena margin besar dari pelanggan kaya memungkinkan kamu overdeliver sambil tetap untung.

    πŸ“Œ Insight penting:

    • Orang miskin mengharapkan 10% dari kekayaan mereka menghasilkan hasil setara dengan 10% dari kekayaan orang kaya.
    • Bisnis seperti Amazon dan Walmart bisa jual murah karena dari awal dibangun untuk volume.
    • Kalau kamu tidak bisa bikin sistem skala besar dari awal, main di niche premium dulu.

    βœ… Contoh konkret:

    • Acquisition.com: hanya melayani entrepreneur kaya yang sudah punya bisnis besar.
    • School: platform untuk pemula, tapi baru dibangun setelah Acquisition sukses, dan butuh investasi jutaan dolar selama bertahun-tahun.

    πŸ’‘ Tips Praktis:

    • Mulai dari segmen kecil yang punya daya beli tinggi.
    • Buat produk dengan hasil besar dan delivery cepat.
    • Tawarkan layanan white-glove yang sangat personal.

    🎯 Recap: Fokuslah pada value yang tinggi dan pelanggan yang bisa membayar mahal dulu. Skala boleh nanti.

    2. Bukan Kurang Info, Tapi Kurang Prioritas

    Masalah kebanyakan entrepreneur bukan kurang tahu, tapi bingung harus memprioritaskan yang mana. Banyak yang malah sibuk di 56 bisnis yang nggak ada satu pun yang nendang. Sementara kalau satu saja difokuskan, hasilnya bisa 5x lipat.

    πŸ“Œ Framework pemikiran:

    • Apa goal-mu?
    • Apa masalah utama yang sedang kamu coba selesaikan?
    • Sudahkah kamu mendefinisikan current state, desired state, dan obstacle?

    πŸ’‘ Cerita nyata:

    • Seorang founder media besar tidak bisa monetisasi karena… tidak punya produk! Mereka sibuk optimasi SOP padahal belum ada yang dijual.
    • Banyak sales expert yang datang minta tips sales padahal problemnya bukan di closing, tapi di lead generation atau delivery.

    βœ… Inti penting:

    • Jangan jatuh cinta pada kekuatanmu sendiri.
    • Tanyakan: apa satu hal besar yang, kalau dilakukan, akan membuat semua masalah lainnya hilang?
    • Strategi = alokasi sumber daya terbatas terhadap opsi tak terbatas.

    3. Tim Kamu Nggak Sebagus yang Kamu Kira

    Kebanyakan bisnis stagnan bukan karena pasar, tapi karena tim yang levelnya biasa saja. Dan ini karena kamu punya standar yang terlalu rendah.

    πŸ“Œ Tanda-tanda umum:

    • Banyak aturan konyol? Itu tandanya kamu mempekerjakan orang yang salah.
    • Kamu harus menjelaskan terlalu detail? Tandanya timmu butuh micromanagement karena mereka nggak bisa mikir sendiri.

    βœ… Solusi konkret:

    • Terapkan aturan Amazon: every hire should raise the average.
    • Kalau kamu hire A+ talent, mereka bisa kasih 10x hasil dari B player.
    • Banyak pengusaha enggan memecat ‘orang lama’ karena loyal, padahal mereka nggak lagi cocok di posisi sekarang.

    πŸ’‘ Tip: Kalau kamu takut memecat orang, frame-lah sebagai investasi dalam diri mereka: “Saya mau kamu belajar dari orang yang 10 tahun lebih berpengalaman. Saya bayar dia untuk ngajarin kamu.”

    πŸ“ˆ Insight ekstra:

    • Orang yang dulu perform bisa jadi nggak cocok untuk fase bisnis sekarang.
    • Promosi terlalu cepat bisa jebak orang di level inkompetensi.

    4. Brand = Compound Interest dalam Bisnis

    Brand itu seperti investasi jangka panjang. Awalnya mahal, lama, dan tidak terasa hasilnya. Tapi begitu mulai “berbuah”, dampaknya bisa melampaui semua strategi marketing.

    πŸ“Œ Tiga fondasi brand:

    1. Apa yang kamu katakan (konten, iklan)
    2. Apa yang orang lain katakan (testimoni, referensi)
    3. Apa yang dirasakan pelanggan (pengalaman langsung)

    πŸ’‘ Kenapa ini penting?

    • Brand memungkinkan kamu menaikkan harga di atas market dan tetap dibeli.
    • Orang akan terus beli meski ada produk lebih murah.
    • ROI dari brand diukur dari seberapa besar premium yang bisa kamu charge.

    βœ… Tips branding jangka panjang:

    • Konsisten deliver value.
    • Jujur dalam janji.
    • Perkuat bukti sosial.
    • Bangun pengalaman yang bikin orang jadi promotor setia.

    5. Sistem Uang Harus Dibongkar Hingga Aksi Paling Mikro

    Kamu nggak bisa skala sesuatu yang kamu sendiri nggak ngerti cara kerjanya. Setiap proses, dari iklan sampai delivery, harus bisa diurai ke level aksi terkecil.

    πŸ“Œ Contoh:

    • Kenapa nggak bisa scale ads dari $5K ke $50K per hari? Cari tahu:
      • Iklan kurang bagus? ➝ perbaiki struktur dan variasinya.
      • Tim sales nggak cukup? ➝ hitung berapa outreach dibutuhkan per hire.
      • Produk nggak bisa handle volume? ➝ sistematisasi delivery.

    βœ… Kunci:

    • Semakin vague instruksi, semakin tinggi skill orang yang dibutuhkan.
    • Dokumentasikan semuanya agar bisa dilatih ulang dan diulang.

    πŸ’‘ Tools:

    • Breakdown funnel jadi KPI per step.
    • Pastikan semua metrik punya driver jelas.
    • Cek setiap constraint: apakah skill, sistem, atau kapasitas?

    6. Kualitas Lebih Penting dari Hack

    Kamu nggak akan menang dengan terus kejar algoritma hack terbaru. Platform akan selalu memberi ruang bagi konten terbaik. Fokuslah ke sana.

    πŸ“Œ Pendekatan:

    • Buat satu hal yang luar biasa daripada 100 hal biasa-biasa saja.
    • Kuasai “seni pengulangan”: 1 draf, 2 revisi, 3 edit, 4 poles, 5 sanding.

    πŸ’‘ Analogi:

    • Kualitas = lapisan cat.
    • Kamu terus poles, cek dari sisi berbeda, sanding ulang, sampai hasilnya halus.

    🎯 Framework:

    • Kualitas bisa diajarkan lewat proses.
    • Buat checklist tiap tahap produksi (ide, eksekusi, editing, review).

    7. Kalau Mau Lebih Besar, Jadi Lebih Baik

    Growth demi growth = bloat. Growth karena kualitas = compound. Hormozi belajar ini dari Chick-fil-A dan Elon Musk.

    πŸ“Œ Mindset:

    • Jangan scale kalau produkmu belum bikin orang ketagihan.
    • Cuma iklankan produk yang kalau orang coba, langsung ngefans berat.

    βœ… Contoh:

    • Hormozi baru invest di School.com setelah tanpa marketing pun user growth-nya organik dan kuat.

    πŸ’‘ Kata Elon: Masuk ke market baru? Produkmu harus 10x lebih baik dari yang sudah ada.

    8. Orang Terbaik Selalu Lebih Mahalβ€”Dan Selalu Sepadan

    Masih berpikir hemat-hemat gaji bikin bisnis untung? Salah besar. Orang terbaik memang mahal, tapi hasilnya bisa 10x lipat.

    πŸ“Œ Studi kasus pribadi Hormozi:

    • Karyawan $50K ➝ bantu buka cabang baru, profit $250K.
    • Sales $300K ➝ revenue $5 juta.
    • Eksekutif $1 juta ➝ efisiensi $3 juta, bantu akuisisi.

    βœ… Pelajaran:

    • Semakin mahal talent, justru return-nya makin besar.
    • Tapi kamu juga harus punya visi dan misi yang layak didukung.
    • Jangan berharap A-player mau gabung ke bisnis setengah hati.

    9. Masalah Utama Adalah Masalah Paling Jelas

    Kita suka menghindar dari masalah utama karena menyakitkan untuk diakui. Tapi sering kali jawabannya adalah: produkmu biasa aja.

    πŸ“Œ Pertanyaan menyakitkan:

    • Apakah kamu pernah pakai produkmu sendiri?
    • Apakah orang keluar dari produkmu dan bilang, β€œGILA INI GOKIL!”

    πŸ’‘ Jika belum, jangan skala dulu. Biarkan cuma sedikit orang yang tahu bahwa produkmu masih biasa aja.

    βœ… Baru scale saat:

    • Word of mouth sudah jalan.
    • Orang promosiin tanpa disuruh.
    • Produk jadi topik obrolan sehari-hari.

    10. Waktu Fokus = Satu-Satunya Cara Bergerak Maju

    Kalau kamu kerja 12 jam tapi nggak ada hasil nyata, kemungkinan besar kamu mengerjakan hal yang tidak penting. Hormozi: “Kadang kamu harus biarkan api kecil menyala, agar api besar bisa padam.”

    πŸ“Œ Solusi:

    • Blok 4–6 jam setiap pagi untuk kerja terdalam.
    • Tunda semua meeting ke sore.
    • Jangan jadikan DM dan email sebagai prioritas.

    πŸ’‘ Pertanyaan harian:

    “Apa satu hal yang kalau saya lakukan hari ini, semua masalah lainnya jadi lebih kecil atau hilang?”

    Penutup: Jangan Kejar Heboh, Kejar Hebat

    Pernah dengar kalimat: “Growth hides all sins”? Banyak bisnis tumbuh cepat, tapi rapuh di dalam. Jangan jadi salah satunya.

    “Mediocrity is a choice. Excellence is a habit.”

    Kalau kamu serius bangun bisnis jangka panjang, artikel ini bukan sekadar bahan bacaβ€”tapi bahan renung dan revisi strategi.

  • Strategi Penjualan Terbaru dari China: Auto Closing di Era AI!

    Strategi Penjualan Terbaru dari China: Auto Closing di Era AI!

    Di tengah kemajuan teknologi yang pesat, profesi sales seringkali dipertanyakan. Apakah sales akan digantikan oleh AI? Bagaimana kita bisa tetap relevan dan bahkan “auto closing” di era digital ini? Mari kita selami ilmu penjualan terbaru, termasuk pelajaran berharga dari Tiongkok.

    AI: Ancaman atau Peluang untuk Tenaga Penjualan?

    Tidak bisa dimungkiri, AI akan mengambil alih pekerjaan yang bersifat rutin. Dalam dunia penjualan, ini termasuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dasar pelanggan yang sering berulang. James Gwee, seorang pakar penjualan, mencontohkan pertanyaan seputar usia peserta pelatihan, apakah cocok untuk introvert, atau detail praktik dan diskon – semua ini bisa diprogram ke AI untuk dijawab secara konsisten dan akurat. Bahkan, AI bisa memberikan jawaban terbaik tanpa terpengaruh mood seperti manusia.

    Data menunjukkan bahwa 41% pekerjaan diproyeksikan akan digantikan oleh AI dalam lima tahun mendatang. Namun, daripada panik, fokuslah pada 59% pekerjaan yang tidak akan digantikan. Inilah peluang kita!

    AI sebagai Senjata Rahasia Sales Masa Kini

    AI, khususnya chatbot seperti ChatGPT, bukanlah musuh, melainkan tools yang bisa sangat membantu tenaga penjualan. Bayangkan, Anda bisa menggunakan ChatGPT untuk:

    • Meningkatkan strategi follow-up Anda
    • Menganalisis pertanyaan, permintaan, dan keberatan umum dari pelanggan.
    • Mendapatkan respons terbaik, misalnya saat pelanggan bilang “mahal”.
    • Menyusun sales script yang memukau.

    Kunci untuk memanfaatkan AI adalah “prompting skill”. Semakin tepat pertanyaan yang Anda ajukan ke AI, semakin brilian jawaban yang Anda dapatkan.

    Strategi Penjualan Modern: Psikologi di Balik Closing

    1. WA sebagai Teaser, Bukan Ensiklopedia: Menjual via WA itu sulit karena tidak ada unsur “sungkan” seperti interaksi langsung. Jangan langsung memberikan semua informasi detail. Gunakan WA sebagai “teaser” untuk membangkitkan rasa penasaran dan mendorong janji temu. Memberikan informasi lengkap di awal justru seringkali membuat pelanggan ghosting karena merasa tidak lagi membutuhkan Anda.
    2. Mengundang, Bukan Memaksa: Penjualan yang efektif adalah dengan “mengundang” (inviting), bukan “memaksa” (pushing). Pancing pelanggan untuk masuk lebih dalam ke kebutuhan mereka. Ajukan pertanyaan yang membuat mereka memikirkan manfaat dan komitmen, seperti “Kalau lu serius untuk berubah, lu siap enggak komit 3 hari seminggu?”
    3. Bukan Pusat Informasi: Ingat, Anda adalah sales, bukan pusat informasi. Jika Anda hanya memberikan informasi lengkap, pelanggan akan pergi setelah mendapatkannya.
    4. Filtering Prospek: Gunakan setiap pertanyaan sebagai filter. Tanyakan “Lu serius enggak?” atau “Siap enggak?” untuk menyaring prospek yang benar-benar berminat.
    5. Marketing Jujur (Raw Unfiltered Marketing): Terkadang, jujur dan menunjukkan “mentah”-nya proses bisa membangun rasa penasaran dan kepercayaan. Misalnya, mengakui bahwa seseorang datang karena sungkan atau ingin melihat-lihat, lalu menetralkan mindset tersebut dengan penawaran yang menarik.
    6. Jual Prestige, Bukan Bahan Baku: Untuk produk premium, fokuslah pada nilai dan prestige yang ditawarkan, bukan hanya harga pokok produksi (HPP). Pelanggan di segmen ini membeli merek dan status.

    Kepemimpinan dan Pembelajaran dari China

    • Adaptasi adalah Kunci: Baik tenaga penjualan maupun pemilik bisnis harus adaptif. Mindset bos yang konvensional bisa menghambat kemajuan tim sales.
    • Fokus pada Peluang: Seorang pemimpin sejati selalu melihat peluang di balik setiap ancaman. Seperti Presiden Tiongkok yang menyebut negaranya “samudra” yang terbiasa dengan badai, dan krisis dengan AS justru membuka peluang di pasar lain.
    • Tanggung Jawab Atasan: Dalam budaya manajemen Tiongkok, atasan bertanggung jawab penuh atas keberhasilan bawahan. Jika bawahan tidak berprestasi, itu karena atasan gagal mengembangkannya.
    • Filosofi Bisnis “Hulu ke Hilir”: Pelajaran dari perusahaan seperti BYD di China menunjukkan kekuatan menguasai seluruh rantai bisnis dari hulu ke hilir (misalnya, pertambangan bahan baku) untuk meminimalkan ketergantungan eksternal dan mencapai ketangguhan.
    • Rekrutmen Berbasis Visi: Perusahaan seperti Alibaba merekrut karyawan dengan cita-cita tinggi, bukan hanya demi uang. Mereka percaya bahwa orang yang punya cita-cita kecil akan cepat puas dan sulit didorong untuk berprestasi lebih tinggi.
    • Pengambilan Keputusan Berbasis Data: Alibaba mengambil keputusan berdasarkan data, bukan hanya perasaan atau subjektivitas.

    Di era ini, kita perlu terus belajar dan beradaptasi. Manfaatkan AI sebagai alat, ubah strategi penjualan menjadi lebih psikologis dan mengundang, dan terinspirasi dari ketangguhan serta visi bisnis dari negara-negara maju seperti Tiongkok. Ini bukan hanya tentang bertahan, tetapi tentang menemukan peluang besar di tengah tantangan!

    @erwinsnada | 0818 750 500